Kenapa judul di atas ada dalam kurungnya? Karena itu pilihan anda. Menurut anda, apakah “Don’t judge the book by its cover” masih berlaku saat ini; atau udah saatnya anda memilih “Do judge book by its cover”?. Saya tidak akan membahas suatu buku ya, tapi alangkah menariknya kalau ini diimplementasikan kaya misalnya anda lagi mengamati seseorang, atau dikenalkan ke salah satu temannya teman anda. Mari kita bicarakan.
Dulu sih kayanya masih berlaku ya Don’t judge the book by its cover. Kata orang, ya gak papalah, penampilannya gak ok, kurang begini, kurang begono, yang penting siapa tau hatinya baik, tutur bahasanya sopan, kelakuannya pun baik-baik. Meskipun luarnya gak menjanjikan. Ok deh. One point.
Akhirnya saya pun membahas hal ini dengan salah satu teman saya si poisonwati, kata dia “Kata gue sih, gue judge the book by its cover, kalo covernya menarik baru gue baca dalemnya, kalo engga ya emoh deh”. Emang ada benernya juga sih. Saya pun begitu, apalagi kalo liat majalah ya, yang penting kan luarnya dulu, kalau luarnya ok, hardcover, glossy, terus yang jadi covernya katakanlah si Beyonce, pasti saya beli, meskipun saya gak tau dalemnya kaya apa. Jadi Packaging emang essential, salah satu P di marketing kan packaging. Coba concept ini diaplikasikan ke diri anda. Packaging anda maksudnya. Kalau anda enak diliat, otomatis orang pasti ingin tau lebih dekat tentang anda, atau cuman liatin anda doang, karena apa? Karena anda enak diliat itu tadi, packaging anda meyakinkan.
Pada dasarnya, disimpulkan lah kalo packaging itu memegang peranan sangat penting. Karena itu yang pertama kali diliat. Mau kenal lebih jauh atau engga, langsung diputuskan dari packagingnya loh. Bisa jadi sih, orangnya engga seburuk packaging luarnya, atau malah sebaliknya, gak sekeren penampilannya, tapi yah, sekali lagi, mata nggak bisa bohong kan. Penampilan itu penting, karena itu yang diliat. Anda tau kan kenapa harga parfum begitu mahal, karena harga packaging nya itu sendiri bisa lebih mahal daripada harga parfumnya. Belom botolnya yang di design sedemikian rupa, terus pake box yang emang keren.
Terus adalah seorang teman saya yang tiap kali ketemu minta dikenalin ke pujaan hati, tapi gimana mau kenalin, packagingnya dia amburadul begitu. Dia bisa membela diri, kerjaan udah mapan, rumah udah ada, tinggal masalah jodoh. Lhaaa kalo gitu ya do something about your packaging dong. Logikanya, gimana pun anda, ratusan orang yang anda jumpai tiap hari kan ngeliat anda dari luarnya. Masalah anda orang baik, setengah baik, tidak baik, mereka juga gak tau kan; acuannya ya cuman dari packaging itu tadi. Kalau anda dandan ke mall, pake jaket kulit, skinny jeans, sepatu sneakers, terus pake kaos, bandana di leher, brewokan, ada tattoo nya, bisa jadi cap anda adalah si anak band. Atau misalnya anda pake jas rapi jali, nenteng tas kerja merk terkenal, terus bawa Vertu instead of blackberry, orang pun langsung tau bahwa anda adalah “someone”. Lain halnya kalau anda memutuskan pake selendang atau si kafieh, terus nenteng gitar dan brewokan, terus pas ada yang telpon, bunyinya “Pernahkah kau merasaaa..jeng jeng jeng jeng jeng..” yang bisa didenger orang satu lift. Kebayang dong cap apa yang langsung menempel pada diri anda.
Jadi masih mau don’t judge the book by its cover? atau udah waktunya anda judging by its cover? Kalau mau aman ya diliat covernya dulu, di flip through dalemnya juga, selalu teliti sebelum membeli ya, apalagi kalau barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan.